MENGAPA PRESTASI OLAHRAGA INDONESIA TERPURUK
Oleh :
Paulus Pasurney
Oleh :
Paulus Pasurney
Apakah Indikator Pembinaan Olahraga yang baik ?
Mudah saja : - Berapa rekornas (Rekor Nasional) yang dipecahkan tiap tahun
- Berapa juara Asean/Asia yang diraih tahun ini ?
- Berapa rekor Asean/Asia yang dipecahkan tahun ini ?
- Berapa banyak ”bintang” yang ditemukan pada kejuaraan
junior tahun ini?
- Berapa stadion yang dibangun tahun ini di Indonesia ?
- Berapa Sarana Olahraga yang akan dibangun tahun depan.
- Adakah pembangunan sarana olahraga dalam Repelita yang
akan datang (Rencana Pembangunan lima tahun).
- Berapa banyak pelatih potensial yang akan ditingkatkan ”know
Hownya” ke negara-negara olahraga maju di tahun-tahun
yang akan datang.
Ada begitu banyak pertanyaan sederhana yang bisa diajukan untuk
mendapatkan indikator adanya pembinaan olahraga di Indonesia.
Sayangnya terhadap pertanyaan-pertanyaan diatas jawabanya adalah ”tidak
tahu” dan ”tidak ada”. Artinya: bisa disimpulkan bahwa ”Siapa yang peduli
dengan olahraga di Indonesia?” adalah hal yang lumrah, di Indonesia, Pengurus
KONI, Pengurus PB dan Pengurus Pengprov tidak banyak yang memikirkan
”System Pembinaan yang berjenjang dan berkelanjutan”. Di PB dengan anggota
utamanya Pengprov dan Klub, hanya PBSI di era Pak Tri Sutrisno yang
memikirkan system Pembinaan. Akibatnya : Pak Tri Sutrisno dan Pengurus PBSI
di eranya tidak menikmati sukses kejayaan PBSI di event Dunia, yang
menikmatinya adalah Pengurus PB.PBSI berikut-berikutnya.
Pada umumnya Pengurus KONI Pengurus PB dan Pengprov hanya bertekad
untuk sukses kepengurusan era mereka ”Pembinaan Kedepan” bukan urusan
mereka. Kalau pikiran-pikiran menembus jauh kedepan tidak mau kita
laksanakan dari sekarang, tidak ada artinya punya penduduk terbesar di Asean.
Jadi apa sebenarnya yang harus dilakukan agar olahraga Indonesia bisa Jaya
kembali di Asean dan mulai bicara di Asia walaupun untuk itu kita harus mau
kerja keras dan kerja lebih keras selama 8 hingga 12 tahun lagi. Ada 7 faktor
yang harus ada untuk meningkatkan Prestasi/menciptakan Prestasi di Olahraga.
Keadaan
Sarana/Pra Sarana
dan Peralatan
Olahraga
System
Pembinaan
(Kompetisi)
Prestasi Yang
tinggi
Keadaan Psikologis
Atlet
- Rasa Aman Terhadap
Masa depan
- Percaya diri
- Motivasi
- Disiplin
Keadaan
Konstitusi
Tubuh Atlet
Perekaman
Taktik /
Strategi
Ketrampilan
Teknik/Skill
Atlet
Kemampuan
Fisik Atlet
Sekarang mari kita telaah faktor-faktor Prestasi diatas
Faktor Prestasi dalam kotak adalah faktor Prestasi External artinya faktor
Prestasi diluar diri atlet.
Faktor External yang menyangkut Sarana dan Peralatan Olahraga
Sebagai contoh yang paling riel adalah jumlah stadion dengan lintasan lari
sintetik di Indonesia dibandingkan dengan stadion dengan kwalitas yang sama di
Malaysia. Kita (Indonesia) hanya punya Stadion seperti itu dalam jumlah yang
sangat sedikit :
- di Jakarta hanya ada 2 (dua) di Ragunan dan Stadion Madya Senayan
- di Puwokerto ada 1 (satu)
- di Solo ada 1 (satu)
- di Surabaya ada 1 (satu) di Sidoarjo
- di Indonesia Timur belum ada, satu juga ngga ada
- di Sumatera di Palembang ada 1 (satu)
- di Medan ada 1 (satu)
- di Kalimantan baru ada 1 (satu) yaitu di Stadion Madya Sempaja (Samarinda)
Total diseluruh Indonesia kita baru punya 8 buah Stadion dengan lintasan lari
Sintetik. Kota Kuala Lumpur punya lebih dari 8 buah Stadion dengan lintasan lari
Sintetik yang lebih mengenaskan lagi Malaysia punya lebih dari 40 Stadion
seperti itu. Kalau mau sehat saja kita boleh puas dengan Ring Road Stadion
Utama Senayan, atau Jalan yang dipadati manusia di sekitar Gedung Sate
Bandung atau Monas di jantung Jakarta, mau Prestasi ya di Stadion.
Peralatan olahraga, sepatu olahraga yang enak dipakai dan punya kwalitas baik
adalah barang mewah, kalau latihan itu bisa berlangsung menyenangkan
perlengkapan standarnya juga harus baik dan memberikan ”Comfort” bagi
pemakainya. Korea bisa jadi negara kuat di Panahan, demikian pula Jepang.
Mengapa? Mereka adalah negara produsen busur panah dan anak panah
dengan standard kwalitas Dunia. Semua peralatan olahraga adalah barang
mewah, jadi harus mahal, kalau keadaaan seperti ini berlanjut terus kapan kita
dapat atlet yang biasa dengan peralatan pertandingan Internasional. Mau beli
lembing, tunggu sebulan, karena kalau toko olahraga beli lembing itu modal yang
mati karena pembelinya hanya 2 sampai 5 instansi dalam 4 tahun. (menjelang
PON). Jadi rimbangan untuk berprestasi di Indonesia diluar diri atlet adalah
terbatasnya atau sangat kurang tersedianya sarana olahraga dan peralatan
olahraga. Siapa atau Instansi mana yang bertanggung jawab untuk menembus
kekuatan ini ?
Faktor External yang kedua adalah Keadaan Kompetisi Cabor di Indonesia.
Jangan diartikan secara sempit pengertian keadaan kompetisi cabor di
Indonesia. Sepak bola punya kompetisi yang diatur oleh PSSI, Bola Volley ada
liga Bola Volley, Bola Basket juga punya IBL. Bukan hanya kompetisi seperti
Sepak Bola, Bola Volley atau Bola Basket yang sudah dilakukan PSSI, atau Liga
Bola Volley dan IBL. Yang dimaksud dengan keadaan kompetisi cabang
olahraga adalah system pembinaan yang terus menerus, berjenjang dan
berkesinambungan harus terjadi disemua cabang olahraga. Massa olahragawan
harus diperbanyak sebagai langkah pertama. Dari kompetisi antar klub atau
kejuaraan kelompok umur yang terbatas (untuk daerah domisili) sampai yang
terbuka harus ada kalendernya. Mengapa Tenis Wimbledon selalu dinantikan
semua Petenis terbaik Dunia? Karena tradisi dan tanggal penyelenggaraan yang
sudah pasti dari tahun ke tahun. Demikian pula dengan kejuaraan-kejuaraan
akbar lainnya, di Indonesia kejuaraan-kejuaraan yang akbar untuk atlet Nasional
dari berbagai kategori harus direncanakan dan dilaksanakan secara tetap
sehingga kita bisa mencari bakat/potensi-potensi besar yang belum terjaring
untuk dibina lebih lanjut. Kejuaraan-kejuaraan dengan sponsor selama 5 tahun
harus dicari. Kalau perlu diperpanjang lagi untuk 5 tahun berikutnya. Siapa yang
melakukan fungsi ini di Indonesia KONIkah, PBkah, MENEGPORA atau kita
serahkan pada swasta yang bergerak di penyelenggaraan event-event
besar/terkenal?
Uraian diatas tidak lengkap untuk bisa menjelaskan peranan faktor prestasi
external dari seorang atlet, masih banyak uraian dan contoh yang bisa dijadikan
indikator kedua faktor external dalam usaha membina peningkatan Prestasi
seorang atlet. Contoh pertanyaan yang sudah disampaikan diatas, tentang Rekor
Nasional yang dipecahkan tahun ini masih bisa dirinci lagi: Berapa Rekor Junior
Nasional berapa Rekor Kelompok Remaja dan Rekor Nasional. Berapa atlet
Indonesia yang menjadi Juara di ”Single Event” tingkat Regional (Asean), tingkat
Asia? Berapa banyak ”Rising Star” atau ”the Best Roockies” yang kita raih di
tingkat Asia atau Dunia. Kalau kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas
dengan angka-angka yang meyakinkan dan angka-angka itu meningkat dari
tahun ketahun berarti ”System Kompetisi” cabang olahraga di Indonesia memang
bergulir dan hidup.
Bersambung ............
0 komentar:
Posting Komentar